Blogger Widgets expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Senin, 04 Januari 2016

FANFICTION JIMIN x YERIN



FANFICTION

TITLE : DONT LEAVE ME
GENRE : SAD(?) ROMANCE
CAST : PARK JIMIN, JUNG YERIN, ETC.
HAPPY READING^^
          Kriiiing....
          Jam beker kecil yang berisik itu kembali membangunkan Jimin pagi ini. Jimin membuka matanya dan mematikan jam beker itu. Kemudian ia beranjak dari kasur lipatnya. Seperti biasa, ia bersiap ke sekolah tanpa ada seorang pun yang mengucapkan selamat pagi atau menyiapkannya sarapan.
          Sebelum benar-benar berangkat ke sekolah, Jimin menghampiri lemari yang ada di ruang keluarga rumahnya. Disana terpajang sebuah foto yang begitu indah baginya. Foto Jimin, appa, dan eommanya yang sedang tersenyum bahagia. Melihat senyuman mereka, bisa sedikit mengurangi kerinduan Jimin pada kedua orang tuanya. Jimin tersenyum tipis. Senyuman yang menyiratkan kesakitkan, kesedihan, dan kerinduan. Sejak ayahnya meninggal karena kecelakaan, Jimin sudah tidak bisa tersenyum bahagia seperti dulu lagi. Apalagi tertawa. Ia bahkan lupa caranya tersenyum bahagia saat dirinya meraih peringkat pertama di kelas. Terlebih lagi sekarang, ibunya harus dirawat di rumah sakit karena mengidap leukimia stadium lanjut. Ia selalu bertanya kepada Tuhan. Kenapa ini semua terjadi padanya. Kenapa semuanya begitu menyakitkan. Kenapa? Kenapa? Jimin menunduk menahan air mata sembari menggumam.
          “Eomma, appa, aku akan berangkat sekolah ya, jaga diri kalian. Dan doakan aku supaya berhasil di audisi perekrutan trainee Bighit Entertainment hari ini” Setelah mengucapkan berbagai doa dan harapan, Jimin segera beranjak untuk pergi ke sekolah.
          “Oh shit! Aku terlambat!” umpatnya ketika melihat jam di ponselnya. Mengingat jarak rumah dan sekolah Jimin cukup jauh membuatnya harus segera bergegas jika tidak mau terlambat. Jimin segera mengambil langkah cepat menuju ke sekolahnya.
          Jimin berlari ditengah keramaian sambil sesekali melihat jam di ponselnya.
BRUK!
          Tiba-tiba Jimin menabrak seorang yeoja cantik dan tinggi serta berpakaian sekolah lengkap seperti dirinya. Jimin menjatuhkan kopi yang dibawa yeoja itu.
          “Ma-maafkan aku” ujar Jimin sambil membungkuk dalam. Kemudian pergi meninggalkannya. Jimin kembali bergegas mengingat sudah tidak ada waktu lagi untuknya. Hatinya kini diliputi rasa bersalah. “Sial!” rutuknya.
          “Ya! Kau menjatuhkan kopiku!” kata yeoja yang ditabrak oleh Jimin itu.
          Jimin menghentikan langkahnya. Dan menoleh ke arah suara itu.
          “Sudah kubilang aku minta maaf, nona. Aku sedang buru-buru, jadi aku akan pergi sekarang. Sekali lagi aku minta maaf.” Ujar Jimin sambil kembali membungkuk sedalam-dalamnya.
          “Hey, kau harus menggantinya dan jangan panggil aku nona”
          “Tapi, aku kan sudah minta maaf? Kalau begitu, aku beri saja kau uang ya? Untuk membeli kopi” Jimin merogoh saku celana sekolahnya. “Aigo, aku lupa membawa uang”
          “Apa yang terjadi?”
          “Ah, ani. Aku lupa membawa uang. Begini saja, aku akan menggantinya lain kali saat kita bertemu lagi. Aku janji. Namaku Park Jimin. Dan kau?”
          “Jung Yerin”
          “Oke, aku akan mengingatnya Jung Yerin-ssi” Jimin pun berlalu tanpa sepatah kata lagi.
          “Oh tidak... aku sudah benar-benar terlambat...” ujar Jimin sambil melihat jam di ponselnya kemudian mempercepat langkahnya.
~~~O~~~
          Saat ini Jimin sudah di ruang tunggu audisi. Tinggal menunggu gilirannya saja. Berdebar-debar, gugup, dan grogi semuanya bercampur menjadi satu. Jimin beberapa kali menghela napas dan menggoyangkan kakinya. Keringat dingin mengalir dari pelipisnya. Jimin menutup matanya sembari berucap.
          “Eomma, appa, doakan aku”
          “Peserta nomor 53, Kim Park Jimin, silahkan masuk” terdengar suara yang memanggilnya melalui mikrofon. Jimin segera beranjak dan kembali menghela napas sebelum memasuki ruangan.
          Disinilah Jimin menunjukkan segala bakat yang ia miliki. Mulai dari menari dan bermain alat musik. Walaupun berdebar dan berkeringat, tapi Jimin dapat menyelesaikannya dengan baik. Tentu saja dengan latihan dan kerja kerasnya selama ini.
          Audisi itu selesai. Jimin keluar dari gedung itu dengan perasaan campur aduk. Entah apa yang ia rasakan, semuanya sulit dijelaskan. Kemudian Jimin memutuskan untuk menjenguk ibunya di rumah sakit. Sebenarnya, Jimin kesana setiap hari tapi, ia tidak bisa merawatnya setiap saat. Jimin hanya datang satu kali sehari.
          Jimin duduk disebelah ibunya yang terbaring di kasur pasien dan menggenggam erat tangannya. Ia menceritakan semua yang terjadi hari ini pada ibunya sambil sesekali mencium tangannya.
          “Eomma, hari ini aku dihukum karena terlambat ke sekolah” Jimin bercerita sambil menatap mata sayu ibunya. “Karena tadi pagi aku berdebat dengan seseorang yang tidak kukenal. Aku menabraknya dan menjatuhkan kopinya. Jadi dia memintaku ganti rugi.”
          “Dan apa kau mengganti kopinya?”
          “Em, tidak. Aku tidak. Aku tidak mengganti kopi yang kujatuhkan. Hari ini aku lupa membawa uang. Bahkan aku belum makan sejak pagi tadi. Aku hanya meminum air yang disediakan di ruang audisi. Oh ya, tentang audisinya... aku melakukannya dengan baik. Aku hampir yakin akan diterima. Eomma doakan aku ya?”
          “Eomma pasti akan mendoakanmu” ujar ibu Jimin sambil mengelus pelan punggung tangan Jimin.
          “Eomma cepat sembuh ya, aku merindukan eomma di rumah”
          “Jimin, kau sudah besar... Terima kasih karena sudah tumbuh dengan baik. Eomma minta maaf karena tidak bisa menjagamu dengan baik” kata ibu Jimin dengan mata berkaca-kaca.
          “Eomma, eomma jangan berterima kasih dan meminta maaf padaku...” Jimin lantas ikut berkaca-kaca mendengar perkataan ibunya.
          “Maafkan eomma karena tidak bisa memasak untukmu lagi, Jimin-ah”
          “Eomma, jangan bicara seperti itu. Eomma masih bisa memasak untukku. Eomma, eomma akan sembuh... percayalah padaku.”
          “Jimin kau harus menjaga dirimu baik-baik. Kalau tidak ada eomma kau harus berjanji kau akan makan dengan baik dan tidak pernah bangun telat lagi ya?”
          “Eomma, jangan seperti ini... kumohon jangan berkata apa-apa lagi” tangis Jimin mulai pecah. Air mata hangatnya jatuh melewati pipi namja tampan itu.
“Aku janji... aku janji akan makan dengan baik dan tidak akan telat bangun lagi. Dan jika aku berhasil debut nanti, aku akan memperkenalkan eomma pada semua orang. Jadi, eomma harus sembuh ya? Eomma harus lihat aku berada di atas panggung. Eomma harus lihat aku makan dengan baik, dan eomma harus lihat aku bangun di pagi hari. Aku janji eomma. Eomma juga harus janji padaku ya? Eomma harus sembuh...”
          Jimin memeluknya ibunya tanpa mengatakan apa-apa. Mereka berdua menangis.
          “Eomma menyayangimu Jimin-ah” kata ibu Jimin di tengah isak tangisnya.
TO BE CONTINUED YA^^ HEHE... MAAF LAMA BANGET UPDATE NYA:( AKU LAGI SIBUK PERSIAPAN UJIAN SOALNYA. DAN MAKASIH YA YANG SUDAH MAU BACA:) BTW, CAPSLOCK JEBOL :V

IMAGINE JUNGKOOK



IMAGINE JUNGKOOK

WARNING : A bit hot. So, prepare your self chingu^^
Happy Reading and Dont be a Silent reader please~~
* : Y : you
     J : Jungkook
          Kamu berjalan menyusuri lorong sekolahmu. Sebuah earphone terpasang rapi di telingamu. Kamu berjalan tanpa menghiraukan ataupun menyunggingkan senyum pada orang-orang disekitarmu. Di ujung lorong kamu melihat seorang namja yang gayanya sok cool /emang cool sih #plakk/ menatapmu dengan tatapannya yang juga sok cool. Kamu melewatinya begitu saja. Tanpa melihat ke arahnya.
J : (your name)!
          Kamu pura-pura tak mendengarnya. Hari ini kamu sedang tidak mood untuk berdebat dengannya.
J : ya! (your name)! *sekali lagi dia memanggil namamu*
          Kamu menghentikan langkahmu. Jungkook lalu mendekatimu, membuka earphonemu dan membisikkan sesuatu di telingamu.
J : apa kau lupa? Siapa yang mengambil first kiss mu?
Y : dasar mesum! Benar-benar sangat beruntung! *kamu lalu pergi ke kelas*
          Jungkook hanya menyeringai kecil sambil melipat tangannya di dada.
Flashback~
11 tahun lalu...
          Kamu memakan permen sambil bermain ayunan di taman dekat rumahmu. Tiba-tiba, sebuah tangan yang lebih besar dari tanganmu merampas permen-permen itu darimu. Namja kecil itu lalu membuka permen itu dan memakan isinya.
Y : hey! Itu permenku! Kenapa kau memakannya? *tanyamu penuh emosi. Pipimu memanas dan air matamu sudah siap mengalir.*
          Namja kecil itu hanya tersenyum melihat wajahmu yang sudah sangat merah.
Y : huaaa!!! Kookie!!! Kau jahat!!! *air matamu mulai turun mengalir di pipimu*
          Lantas namja bernama Jeon Jungkook itu menangkup pipimu kuat dan mencium bibir kecilmu. Kamu membulatkan matamu karena kaget. Kamu berusaha mendorong Jungkook dengan tangan kecilmu. Tapi dia terlalu kuat. Kamu tak bisa melawannya. Jungkook berusaha mencari celah untuk memberikan permen di mulutnya itu padamu. Tapi kamu tak mau membuka mulutmu. Kamu menutup matamu dan menahan sekuat tenaga agar tidak membuka mulut. Saat Jungkook mulai melemah, kamu mendorongnya hingga menjauh darimu.
Y : ya! Kau brengsek! Aku benci padamu! *kamu berlari meninggalkan Jungkook sambil menangis*
Flashback end~
Bel istirahat sudah berbunyi. Semuanya meninggalkan kelas kecuali kamu, Jungkook, dan beberapa orang yang tampaknya sedang tidak begitu baik seperti dirimu. Kamu menoleh ke belakang untuk melihat Jungkook yang berada di bangkunya. Ia mengenakan headphone dan menutup matanya.
Y : sebaiknya aku pergi, sebelum dia mencari masalah lagi denganku.
          Kamu merapikan buku-bukumu yang berserakan di atas meja dan bergegas keluar kelas. Kamu kembali berjalan menyusuri lorong sekolah sendirian di tengah keramaian.
          Jungkook pelan-pelan mengikutimu tapi saat kamu menoleh, ia pura-pura tak melihatmu. Kamu semakin gelisah dengan gerak-gerik Jungkook. Mau kembali ke kelas, ga bisa. Kamu mempercepat langkahmu. Jungkook kemudian berlari mendahuluimu dan menarik tanganmu.
          Ia menarikmu ke lorong yang sepi dan mendorongmu ke tembok.
Y : ya! Apa maksudmu?
          Jungkook hanya menatapmu. Kamu mengalihkan pandanganmu.
Y : oh tuhan tolong aku, aku tak sanggup melihat matanya, batinmu.
          Jungkook menahan tanganmu di tembok.
Y : ya! Lepaskan aku! dasar mesum!
J : *smirk
          “Hey! Apa yang kalian lakukan?!” tiba-tiba seorang guru memergoki kalian sedang berduaan. Alhasil, kalian dihukum membersihkan halaman sekolah.
Y : apa maksudmu melakukan itu eoh?
J : hanya ingin bermain-main saja... *jawabnya datar*      
Y : dasar mesum! Gara-gara kau kita dihukum seperti ini!
J : sudahlah, jangan banyak bertanya dan kerjakan! *ujar Jungkook sambil melempar sapunya ke arahmu* aku pulang duluan ya, sampai jumpa
Y : Hey! Hey!
Y : dasar bajingan! Brengsek! Aku membencimu Jeon Jungkook!!!
Y : awas kau Jeon Jungkook, aku akan membalasmu! *rutukmu sambil menyapu halaman*
          Saat itu matahari musim panas sangat terik. Sedangkan kamu harus menyapu seluruh halaman sekolah. Sendirian. Kamu bersumpah akan mengutuk Jeon Jungkook menjadi batu(?) kalau bertemu dengannya .g Kamu bersumpah akan menendangnya dan memukulinya kalau bertemu dengannya.
          Tiba-tiba kamu merasa pusing. Kakimu tak sanggup berdiri dan kamu pun jatuh di tengah halaman. Pandanganmu gelap dan kamu tak sadarkan diri.
<skip>
          Jungkook meletakkan kamu yang masih tak sadarkan diri di atas kasur ruang UKS.
J : ck, apa yang harus aku lakukan?
J : tapi kalau dilihat-lihat kau cantik juga ya?
J : kau masih ingat saat pertama kali aku mencium dirimu? Ekspresimu sangat lucu saat itu. Aku tak bisa melupakannya sampai sekarang. Makanya saat bertemu denganmu aku ingin menggodamu. Karena kau sangat imut kalau sedang marah.
J : (your name), kau tumbuh menjadi gadis yang cantik. Begitupun denganku. Aku sekarang memiliki abs di perutku dan kau, memiliki sesuatu di dadamu. Sangat lucu saat aku mengingat masa kecil kita. Ingat saat aku tidak sengaja melihatmu saat kau sedang mandi di bathtub? Haha... aku bersumpah, itu benar-benar tidak sengaja. Tapi... saat aku mengambil first kiss mu itu, aku akui itu sengaja. Tapi, masih mending aku kan daripada orang lain?
J : Dengar (your name), aku... mencintaimu. Aku sangat sangat mencintaimu. Sejak kecil aku selalu ingin menikah denganmu. Tapi, aku tak punya cukup keberanian untuk mengatakkannya. Aku ini pengecut. Ya benar, pengecut!
Y : tak apa Kookie,
J : (your name)? Kau sudah bangun? Apa kau mendengar semuanya? *jungkook terbelalak kaget saat mendengarmu tiba-tiba bicara*
          Kamu mengangguk dan tersenyum sambil menahan tawa.
J : ma-maafkan aku-
Y : aku juga mencintaimu... *kamu memotong perkataan Jungkook cepat*
J : be-benarkah? Be my yeoja?
Y : *ngangguk sambil senyum tulus*
J : thank you so much babe, i love you...
Y : i love you too, Kookie
-FIN-
       Maapkan imagine gaje buatanku ini:D tapi makasih ya yang sudah mau baca^^ Annyeong~~~

Selasa, 29 Desember 2015

IMAGINE JIMIN BTS


Disuatu pagi yang cerah(?) kamu main ke apartemen Jimin. Ceritanya, kamu dan Jimin itu temenan dari kecil gitu.
        TOK! TOK! TOK!
Kamu : Jimin!
/ga ada jawaban/
 TOK! TOK! TOK!
Kamu : Jimin!
/masih ga ada jawaban/
        Kamu nyelonong masuk gitu aja. Pintunya ngga dikunci. Kamu nyariin Jimin ke seluruh ruangan. Dan nemuin dia masih tidur di kamarnya.
Kamu : /menggumam/ yaelah... ni anak, masih tidur aja jam segini.
Kamu : /ngedeket ke Jimin//teriak/ WOIII BANGUN WOI UDAH SIANG!!!
Jm : /kaget, langsung bangun/ Suara apa tuh?! Kok kayak emak gue?
Kamu : Gue yang ngomong-_-
Jm : Awas ya, gue cium juga lu lama-lama
Kamu : Ih, ogah gue mah dicium sama elu! Lagian elu sih, gue panggil-panggil daritadi ga nyaut-nyaut
Jm : Kenapa? Kangen sama gue?
Kamu : Idiiih... ge er! Mama gue nyuruh nganterin ini /tunjukin rantang/
Kejadian sebenarnya...
Pagi itu kamu sarapan sama orang tua kamu. Tapi tiba-tiba kamu keinget Jimin. ‘pasti belom makan tu bocah, mending gue bawain dah’ terus kamu bungkusin deh tu makanannya buat Jimin.
Jm : Kebetulan, gue laper /nyengir/ sinih makanannya
Kamu : Eits! Belum boleh... Mandi dulu sono! /dorong Jimin/
Jm : Mandinya bentar aja /aegyo/
Kamu : Iiih, cepetaaan!
Jm : Iye iye bawel /cubit pipi kamu/
        Ceritanya Jimin udah selesai mandi. Dia keluar kamar terus ngeliat kamu lagi nyiapin piring buat dia makan. Jimin ngeliat kamu aja terus sambil senyum-senyum. Kamu sadar kalo Jimin lagi ngeliatin kamu dan cepet-cepet ngomong biar ga salting(?)
Kamu : Ngapain berdiri disana? Sini! Katanya mau makan?
Jm : /jalan ke meja makan//duduk/
Jm : Kok elu perhatian gitu sih ama gue?
Kamu : Emmm... udah deh gausah banyak tanya, cepetan makan!
Jm : /makan/
Jm : Mau?
Kamu : Engga, gue udah makan kok
Udah selesai makan...
Kamu : Sinih gue cuci piringnya. Mumpung gue lagi baik nih.
Jm : Eh gausah
Kamu : Udah gapapa
Jm : /tiba-tiba meluk dari belakang/
Kamu : Eh, Apaan sih lu? /lepasin pelukannya/
Jm : /peluk lagi/
Kamu : Elu jan sembarangan deh! Lepasin ah! Ga lucu!
Jm : /peluk makin kenceng/
Jm : Plis... (your name) bentar aja... Gue kangen sama elu
Kamu : Elu demam ya? Kok tiba-tiba jadi gini sih?
Jm : Gue kangen sama elu, gue sayang sama elu. Sehari aja gue ngga ngeliat elu rasanya kayak setahun. Sebenernya gue pengen ngungkapin perasaan ini ke elu dari dulu tapi gue ga berani. Gue takut perasaan gue cuma sepihak. Gue juga takut, persahabatan kita bakal putus karena perasaan gue ke elu. Tapi, gue rasa sekarang waktu yang tepat. Butuh waktu lama buat gue ngumpulin keberanian untuk ngungkapin ini ke elu. Elu boleh ngejauhin gue, elu boleh ngehindarin gue. Tapi, lu harus jawab pertanyaan gue. (your name), be mine?
Kamu : Enggak...
Jm : /muka sedih/
Kamu : Perasaan elu enggak sepihak kok. Gue juga ngerasain hal yang sama /senyum/ jadi, jawaban gue... yes!
Jm : /senyum, ga jadi sedih/ Hah? Beneran? Jadi... udah resmi nih?
Kamu : /ngangguk//peluk Jimin/
Jm : /peluk balik/
*hug**hug**hug* :v
-THE END-
Yey^^ selesai! Mumpung kepikiran nih aku nulis imagine. Tapi, maaf ya kalo ga baper^^. Dan makasih yang udah baca^^

FANFICT PROLOGUE



PROLOGUE
FANFICTION

TITLE : DONT LEAVE ME
GENRE : SAD(?) ROMANCE
CAST : PARK JIMIN, JUNG YERIN, ETC.
Kehidupan ini begitu menyedihkan. Jika seseorang yang ditakdirkan untuk hidup sendirian di tengah rumitnya hidup ini. Begitu pikir namja bernama Park Jimin itu. Namja berusia 18 tahun itu benci dengan apa yang disebut takdir. Apa yang bisa ia percaya dari takdir? Apakah ia ditakdirkan untuk hidup menyedihkan sepeti ini? Huh, benar-benar lelucon. Apakah orang-orang yang kaya raya dan memiliki keluarga lengkap sudah ditakdirkan seperti itu? Lalu kenapa dirinya tak pernah merasakan indahnya takdir itu? Justru ia bisa merasakan betapa menyedihkan takdirnya. Sama seperti anak kucing yang tersesat di tengah keramaian orang-orang. Begitulah dirinya, tak tahu arah dan tujuan.
...
Ia selalu bertanya kepada Tuhan. Kenapa ini semua terjadi padanya. Kenapa semuanya begitu menyakitkan. Kenapa? Kenapa?
...
Setiap hari selalu seperti ini. Entah sampai kapan. Apakah kesulitan ini tak akan berakhir?
...
Kesulitan datang silih berganti. Dan tak ada tempat baginya untuk berpegangan.
...
Tapi, takdir itu membuatnya bertemu seseorang yang berbeda dalam hidupnya. Seseorang yang lebih berarti daripada hidupnya yang menyedihkan. Seseorang yang membuatnya merasa berdebar setiap kali ia berada di dekatnya. Seseorang yang membuatnya tersenyum di saat ia sedih. Dan seseorang yang selalu menjadi tempat ia berpegangan.
...
“Aku akan selalu ada untukmu. Dan akan selalu memegang tanganmu.”
...
“Maafkan aku meninggalkanmu seperti ini. Aku janji, aku akan kembali untukmu. Jadi, tunggu aku.”
...
“Jangan pernah kau datang ke hidupku kalau akhirnya kau akan pergi meninggalkan ku!”
...
“Kenapa kau pergi disaat aku mulai menyukaimu? Dan kenapa kau datang saat aku mencoba untuk melupakanmu? Kenapa kau berbohong untuk selalu ada untukku? Kenapa kau berbohong untuk selalu memegang tanganku?”
...
CHAPTER 1 SOON YA^^ HEHE... MAAPKAN PROLOGUE GAJE INI:)