Anyeonghaseyo <3<3<3
Chimin imnida^_^ panggil aja aku Chimin ya?? Di postingan ini,
Chimin bawa fanfiction nih... kebetulan Chimin suka nulis hihihi... >.<
Title : Twins
Cast : Kim Mingyu, Jeon Wonwoo, Jung Eunbi
Genre : romance (?)
Length : chaptered
DON’T BE A SIDERS AND SORRY FOR TYPOS^^ HAPPY READING<3
Author POV
Mingyu berjalan dengan cepat
menuju ke kelas bahasa inggris. Mahasiswa semester 3 itu melangkah semakin
cepat mengingat kelas di mulai sebentar lagi. Mingyu sampai di kelas tepat
sebelum dosen memasuki kelas. Ia cepat-cepat mengambil tempat duduk di belakang
untuk menghindari resiko ditunjuk secara tiba-tiba oleh dosen. Selain itu...
Mingyu juga merasa nyaman duduk di barisan belakang. Baginya, lebih baik berada
di pojok kelasdaripada harus menatap wajah dosen secara langsung. Berada di
kelas selama 2 jam saja sudah membuatnya muakapalagi harus menatap wajah dosen
secara terus menerus itu membuatnya muak.
Kelas hari biasa
saja... semuanya berjalan seperti biasa. Kuis, persentasi, dan dosen yang
mengoceh tanpa henti seperti burung yang kelaparan. Semuanya membuat Mingyu
bosan. Sehingga ia memutuskan untuk istirahat di bawah pohon di dekat gedung
olahraga kampus. Ia duduk dan menengadahakan kepalanya. Perlahan matanya
terpejam diantara hembusan angin musim semi yang menerpa wajahnya. Dan untuk
sejenak ia bisa melupakan semua masalah dan tugas-tugas kuliah yang semakin
menumpuk. Lalu, tiba-tiba ia teringat pada sebuah pada sebuah gelang yang
selalu ia bawa kemana-man. Gelang pemberian gadis itu...
Flashback, 10 tahun yang lalu....
Mingyu berlarian di sebuah taman yang indah. Taman yang berada
di kawasan Myeongdong, Korea Selatan. Sekaligus menjadi tempat kelahirannya.
Mingyu kecil yang terlalu senang tak menyadari ada sebuah batu yang menancap di
tanah. Dan...
BUK!
Mingyu terjatuh diantara ilalang yang bergoyang karena
hembusan angin. Mingyu menangis memegangi lututnya yang berdarah.
“Apa kau
terluka?” kata seseorang sambil menepuk pundak Mingyu. Seorang anak perempuan.
Mingyu menatap
mata gadis itu. gadis itu lalu menyunggingkan senyumnya.
“Ayo ikut aku,
aku akan megobati lukamu.” Kata gadis kecil itu sambil membantu Mingyu berdiri.
~o~
“Aw”
Mingyu meringis ketika gadis itu mengoleskan obat luka ke lututnya.
“Tahan sedikit
ya”
“Huaa... sakit”
tangis Mingyu semakin menjadi-jadi.
“Berhentilah
menangis. Ini sudah selesai” kata gadis itu. “Apa masih sakit?”
Mingyu mengangguk
pelan. Gadis itu lalu meniup lutut Mingyu.
“Sudah
mendingan?”
Mingyu mengangguk. “Terima kasih... noona”
“Apa? Noona?
Barusan kau memanggilku noona?”
“Ne... memangnya
kenapa?”
“Jangan panggil
aku noona, mungkin kau lebih tua dariku... panggil saja aku Eunbi.” Ujar gadis
bernama Eunbi itu sambil mengulurkan tangannya. “Siapa namamu?”
“Mingyu” jawab
Mingyu singkta sambil membalas uluran tangannya.
“Baiklah Mingyu,
aku ingin kita berteman. Terimalah ini.” Eunbi memberikan sebuah gelang dan
memakaikannya di tangan kiri Mingyu. “Lihat, kita pakai gelang yang sama.” Ujar
Eunbi sambil menunjukan gelangnya.
“Benarkah? Kita
bisa berteman selamanya kalau pakai gelang ini?”
“Tentu saja”
Eunbi tersenyum manis. “Ngomong-ngomong... kamu pendek ya? Berapa tanggal
lahirmu?”
“6 April 1997”
“Tuh... kan? Aku
lebih muda darimu, aku 30 Mei 1997. Tapi kenapa kamu lebih pendek ya?”
“Hey, berhenti
menyebutku pendek”
“Arasso, arasso.
Tapi benar saja, aku jauh lebih tinggi darimu.” Kata Eunbi sambil mengacak
rambut Mingyu.
“Karena kau lebih
tinggi dariku, aku akan memanggilmu noona. Oke?”
“Ahh... itu tidak
perlu. Kita kan masih line 97.”
“Aniyo... aku
akan tetap memanggilmu noona.”
Hari berikutnya...
Eunbi sedang
berjalan di taman yang biasa ia kunjungi kalau merasa bosan atau kesepian.
“Hu...hu...hu...”
Tiba-tiba, Eunbi
mendengar suara tangisan seorang anak laki-laki. Ia melihat anak laki-laki yang
terduduk di bawah pohon dan dikerumuni oleh segerombolan anak-anak nakal.
“Mingyu!” pekik
Eunbi ketika menyadari anak laki-laki itu adalah Mingyu. Eunbi berlari dan
menghampiri mereka. “Hey! Jangan nganggu dia!”
“Ini bukan
urusanmu!” kata salah satu dari geng itu.
“Dia temanku,
jadi aku akan melindunginya!”
“Benarkah? Kau
berani melawan kami?”
PLAK!
Dengan sekali
tamparan, Eunbi terhempas ke tanah. Seorang anak laki-laki yang sepertinya
ketua geng itu mendekati Eunbi dan menarik kerah bajunya.
“Kau jangan
pernah coba-coba lagi dengan kami. Ingat itu!” anak itu melepaskan Eunbi. “Ayo
kita pergi” katanya dan pergi meninggalkan Eunbi yang masih duduk di tanah.
Mingyu yang baru
menyadari yang terjadi langsung menghampiri Eunbi.
“Noona? Noona
tidak apa-apa? Pipi noona lebam”
“Aku tidak
apa-apa”
“Noona, maafkan
aku membuatmu seperti ini... hiks...hiks..” ujar Mingyu disela tangisnya.
“Sudahlah, ini
bukan salahmu. Kau tidak boleh menangis ya” Eunbi menghapus air mata Mingyu. Ia
tersenyum dan menatap Mingyu lekat.
“Baiklah, biar
kuantar kau pulang.”
Diperjalanan...
“Noona, kenapa
kau melindungiku?”
“Memang kenapa?
Aku kan temanmu?”
“Jadi seperti itu
namanya berteman? Saling melindungi satu sama lain?” Mingyu bertanya dengan
wajah polosnya.
“Em em” Eunbi
menggangguk. “Tidak hanya itu, teman juga harus saling percaya dan menghargai.”
“Dan saling
menyayangi?” tanya Mingyu lagi.
Eunbi terkekeh
mendengarnya. Ternyata temannya ini begitu polos. “Iya, terserah katamu saja.”
Eunbi tertawa sambil mengacak rambut Mingyu yang lebih pendek darinya.
“Noona...
berhenti mengacak rambutku, jadi berantakan nih...” kata Mingyu sambil
merapikan rambutnya.
Eunbi tersenyum
melihatnya. Mingyu terlihat seperti perempuan jika seperti ini...
“Oh, kita sudah
sampai. Ayo masuk!”
“Tapi noona,
aku—“
“Sebentar saja,
aku akan memperkenalkanmu pada seseorang.” Eunbi menarik tangan Mingyu.
“Eunha... aku
pulang...!”
“Eunbi, selamat
datang” kata gadi bernama Eunha itu. dan dia... sangat mirip dengan Eunbi.
Apakah mereka kembar?
“Mingyu kenalkan,
ini kembaranku namanya Eunha. Eunha, ini temanku, Mingyu.”
Mingyu dan Eunha
hanya berjabat tangan dan saling tersenyum. Mereka mulai bercakap-cakap dan
mengenal lebih dekat satu sama lain.
“Eunbi noona,
Eunha noona, aku pulang ya. Sampai jumpa!”
“Hey, jangan
panggil kami noona. Kau lebih tua dari kami, ingat?” kata Eunbi.
“Baiklah, kalau
begitu aku pulang dulu ya Eunbi, Eunha, sampai jumpa!”
Beberapa hari
berikutnya Mingyu tidak bertemu dengan mereka lagi. Sampai... suatu hari,
Mingyu berniat mengunjungi mereka berdua. Tapi, disana Mingyu melihat Eunbi dan
Eunha berdiri berdampingan di depan rumah mereka serta beberapa orang yang
sedang menaikkan barang-barang ke atas mobil box. Mingyu segera menghampiri
mereka.
“Eunbi? Eunha?
Apa yang kalian lakukan? Dan semua barang-barang ini—“
“Kami akan pindah
ke Seoul, Mingyu. Dan kami akan menetap disana.” Kata Eunbi dengan wajah
murung.
“Apakah kalian
akan kembali?”
“Aku tidak tau,
semua tergantung ayahku” (Eunbi)
“Maafkan kami
Mingyu” (Eunha)
“Jaga dirimu
baik-baik ya” kata Eunbi sambil menjabat tangan Mingyu. “Ingat Mingyu, kau
harus menjadi kuat dan lindungi dirimu sendiri...”
Mereka pun masuk
ke mobil mereka dan meninggalkan Mingyu.
“Aku akan selalu
mengingatnya Eunbi... Aku janji” gumam Mingyu.
Dan sejak saat itu Mingyu tidak pernah melihat mereka lagi.
To Be Continued~
Maaf ya kalau FF Chimin jelek atau kata-katanya kurang
bagus... Karena ini baru pertama
kali Chimin nulis FF.
Chapter selanjutnya soon ya>.<
Oh ya, kalau ada yang mau lebih deket sama Chimin bisa add, :
-
IG : ANGGARITA_PS instagram.com/anggarita_ps
-
Twitter : @AnggaritaPS twitter.com/AnggaritaPS
-
Line : anggaritaa
Dan, like juga akun IG khusus anime Chimin ya^^ CHIMADA_HRK95 instagram.com/chimada_hrk95
like aja gausah di follow gapapa kok^^ Terima Kasih ya~ yang sudah mau baca FF
gaje Chimin<3<3<3 Anyeong
Tidak ada komentar:
Posting Komentar